![]() |
Sepotong Diam karya Bang Syaiha |
Mari kita awali dengan sebuah
fakta, bahwa begitu banyak novel mengangkat tema cinta di dalamnya. Persoalan
cinta ini seolah tidak akan habis digali hingga akhir waktu. Karena memang pada
kenyataanya juga demikian. Sepertinya itu sudah merupakan bagian dari takdir
penciptaan manusia. Tengoklah kembali sejarah keberadaan manusia di bumi ini.
Persoalan pertama yang lahir adalah soal percintaan, yaitu ketika Qabil dan
Habil berselisih tentang siapa yang berhak menikahi Iklima.
Dalam novel setebal 332
halaman ini, Penulis menghidupkan tokoh sentral bernama Muhamad Khalid. Sebagai
seorang mahasiswa, khalid ditakdirkan oleh si penulis novel menjadi seseorang
yang kurang sempurna secara fisik, namun amat membanggakan secara non fisik,
kesalehan dan semangat hidupnya begitu kokoh. Khalid lahir dan dibesarkan dalam
keadaan serba terbatas. Namun semangat hidupnya untuk terus belajar dan
meningkatkan kualitas diri, seolah tanpa batas.
Khalid penuh prestasi. Ia
meraih berbagai
penghargaan. Ia bisa lulus masuk sebuah perguruan tinggi negeri unggulan di
negeri ini, bahkan tanpa tes. Ia mampu masuk jurusan yang paling diunggulkan.
Ia meraih nilai sangat baik. Ia juga dikagumi dengan semangat hidupnya. Ia amat
layak diteladani dalam segi kesalehannya. Namun … seperti pada tokoh utama
novel cinta lainnya, Khalid disuguhi
kenyataan pahit seputar persoalan rasa di dalam hatinya … cinta.
Novel ini penuh dengan muatan
religiusitas. Tampak secara intrinsik maupun ekstrinsik. Si Penulis sungguh
apik mewarnai kisah cinta anak manusia ini dengan ruh ke-Islaman. Hal itu
tampak dari keseharian tokoh utama, cara si tokoh utama mencari cinta,
memelihara cinta, hingga berusaha mendapatkannya. Pemilihan kata,
pendeskripkian susasana dan lingkungan, pemilihan setting, semuanya serba
teliti dan tentu tidak fulgar.
Selain itu, novel ini juga
cukup kaya muatan motivasi. Bagi saya sebagai pembaca, novel ini terbilang
novel yang cukup menggugah.
Dalam arti, muatan motivasi di dalamnya mampu membuat saya termotivasi serupa
dengan apa yang menjadi pola hidup si tokoh utama, penuh perjuangan dan
ketangguhan. Lebih dari sekedar hebat, tokoh Khalid dalam novel ini sungguh
menakjubkan.
Bagi saya, jika seseorang
memiliki semangat hidup yang tinggi, dia hebat. Tapi yang menakjubkan adalah, jika
orang yang memiliki semangat tinggi
itu ternyata memiliki kekurangan (cacat fisik). Sudah tentu, orang itu harus
mati-matian melawan rasa rendah diri dalam hatinya, lalu berupaya berjuang
dalam keterbatasannya, hingga meraih kesuksesan melebihi ornag yang hidupnya
tanpa cacat. Bukankah itu menakjubkan?
Tapi ya itu tadi … malangnya
tokoh utama novel cinta itu, ya itu … kisah cintanya malah menjadi sebuah
tragedi. Sepertinya kemalangan itu menimpa banyak tokoh utama di setiap novel
cinta, terutama yang berbau melankolis. Tengok misalnya; Di Bawah Naungan
Ka’bah karya Hamka. Tapi tentu tidak semua seperti itu juga. Tengok misalnya; Ayat-Ayat
Cinta karya Habiburrahman el-Shirazy.
Tentunya novel ini tidak lepas
dari beberapa kekurangan. Secara umum, isi novel ini bagus. Kekurangan itu
muncul dari segi di luar
isi, seperti editing yang sepertinya belum tuntas dan cover buku yang tidak
tahan lama. Ada
banyak editan dalam novel ini yang saya anggap belum tuntas diedit. Terbukti
salah pengetikan itu tidak hanya satu atau dua, tapi begitu banyak (catatan
editan itu saya lampiran pada bagian lain dari resensi ini). Begitu pula dengan
covernya, satu kali baca sudah melinting dan rusak. Untuk novel berkualitas
baik seperti ini, sungguh elegan jika sampul bukunya adalah hardcover.
Namun demikian, novel ini
tentu tidak bisa Anda nikmati dengan hanya membaca resensinya belaka. Anda
sudah bisa mendapatkan novel penuh motivasi ini di toko-toko buku terdekat,
atau bisa langsung memesan kepada penulisnya. Selamat membaca!
Jika ingin memiliki buku ini, silakan hubungi Bang Syaiha langsung: 08567930929
Jika ingin memiliki buku ini, silakan hubungi Bang Syaiha langsung: 08567930929
EmoticonEmoticon