![]() |
Belajar dari pakaian kotor |
Kemarin saya mencuci dua ember
besar pakaian kotor. Maklum, saya memang biasanya mencuci satu minggu sekali. Setelah
menghabiskan semua baju yang biasa dipakai selama sepekan, barulah saya
mencucinya. Mengapa saya yang mencuci? Mengapa bukan istri? Karena bagi saya, berumah tangga itu harus bagi-bagi tugas.
Istri saya sudah ada tugasnya sendiri, dan saya kebagian yang ini.
Pagi-pagi sekali, saya sudah
mengisi air di mesin cuci dan mulai memasukkan satu demi satu pakaian ke
dalamnya. Setelah menambahkan detergen sekucupnya, saya lalu memutar mesin hingga
pakaian yang ada di dalam sana bersih: hilang nodanya dan wangi. Kegiatan mencuci
pakaian ini selesai sekitar jam delapan tiga puluh pagi.
Setelah itu, pekerjaan berpindah
ke istri saya. Ia kebagian menjemur pakaian. Disusunnya pakaian yang sudah saya
cuci pada jemuran yang tak seberapa. Istri saya memang memiliki keahlian mengatur
semuanya hingga jemuran yang minim itu cukup, mampu menampung semua baju.
Setelah dijemur seharian, disengat
panas yang tak mengenakkan, perjalanan baju-baju saya tak berhenti. Mereka akan
disetrika dengan suhu yang tinggi. Dilipat rapi dan barulah dimasukkan ke dalam
lemari sederhana yang saya miliki.
Perhatikanlah, bahwa untuk sampai
ke dalam lemari dan bersemayam nyaman saja, pakaian mengalami beberapa
peristiwa yang pasti tak mengenakkan. Mereka dicuci (dalam kasus saya menggunakan mesin cuci), diputar berkali-kali
dengan detergen. Dalam kasus yang lain, yang masih mencuci manual, pakaian
harus disikat dengan kekuatan yang tidak pelan. Pasti sakit, tidak enak dan tak
nyaman. Jika pakaian itu makhluk hidup, pasti ia akan berteriak-teriak minta
berhenti. Berontak dan melawan ketika hendak dicuci.
Beruntung mereka hanya selembar
kain yang tak ada nyawanya sehingga pasrah saja diapa-apakan.
Selesai dengan putaran mesin cuci
yang tak sekali dua kali, pakaian akan dibilas dan diperas di mesin pengering.
Sekali lagi, kali ini ia diputar dengan putaran yang tinggi dan pasti tak
mengenakkan.
Penderitaan belum selesai, karena
setelah itu, pakaian harus disengat panas matahari hingga kering. Akhir dari
penjemuran, mereka memang sudah bersih dan wangi. Hanya saja, apakah kita akan
menyimpan pakaian itu di lemari langsung?
Tidak! Mereka belum rapi dan
harus disetrika dengan suhu yang tinggi. Ini adalah penderitaan kesekian yang
harus mereka hadapi seharian. Barulah ketika mereka sudah terlipat dengan baik,
kita akan memasukkannya ke dalam lemari. Mereka tenang dan beristirahat disana.
Teman-teman, sadar atau tidak,
begitulah hidup kita. Bahwa untuk mencapai tujuan tertentu, harus ada proses
yang mesti kita lalui. Entah kita ingin menjadi penulis, pengusaha, penyair,
pilot, dokter, atau apa saja, kita harus rela menjalani segala macam penderitaan.
Ambil satu contoh, jika kita ingin
menjadi penulis, maka kita harus rela menyisihkan waktu setengah sampai satu
jam untuk latihan. Kita harus konsisten menghasilkan sebuah tulisan setiap
harinya. Tidak boleh mangkir, apalagi sampai bermalas-malasan.
Setelah berhasil menyelesaikan
sebuah naskah, apakah penderitaan
kita selesai? Tidak!
Karena boleh jadi, naskah kita
akan ditolak penerbit, tidak disukai orang banyak, hingga ada yang melecehkan.
Ini adalah proses yang boleh jadi akan kita alami (terutama yang ingin menjadi penulis). Dan ketika proses ini datang,
maka keputusan ada di tangan kita, akan terus lanjut dan menggigit kuat-kuat
mimpi kita atau berhenti dan menyerah saja?
Menjadi penulis (atau menjadi apa saja) bukan pekerjaan
mudah. Butuh ketekunan, kedisiplinan, dan semangat yang pantang menyerah. Di
tengah perjalanan menuju kesana, ada banyak hambatan dan rintangan yang boleh
jadi akan ditemui. Disini, dibutuhkan komitmen dan kegigihan.
Bayangkan saja pakaian rapi yang
ada di lemari kita. Untuk sampai di titik itu, mereka sudah mengalami banyak
hal. Dan mereka melewatinya dengan penuh kesabaran (karena mereka bukan makhluk hidup dan tidak mungkin melawan).
Karena itulah teman-teman,
tetaplah fokus pada mimpi yang sudah kita tetapkan dan jangan berhenti di
tengah jalan. Saya yakin sekali, jika kita tetap mengikuti semua prosesnya
dengan benar, lambat tapi pasti, kita akan sampai juga pada tujuan.
Demikian
12 komentar
Pagi-pagi sarapannya beginian, mantap!
Keren pakaian kotor, semoga sampai terlipat rapih... (y)
Begitulah makna proses,sebagaimana proses juga berlaku bagi sejarah Pura Langgar
FENOMENA SEJARAH PURA LANGGAR DI BALI - http://irfanazizi.blogspot.co.id/2016/01/fenomena-sejarah-pura-langgar-di-bali.html?m=0
Semoga bermanfaat buat sesiapa saja yang membaca..
terimakasih atas kunjungannya, Mas..
Keren Bang!
Hal-hal kecil dalam keseharian bisa jadi inspirasi ...
Dulu pun saya bisa dengan gampang ndapetin inspirasi dari hal-hal kecil gtu, tapi semenjak vakum nulis 2 bulan, jadi susah buat dapet inspirasi dan nulis lagi ...
#malah curcol :v hhe
Keren Bang!
Hal-hal kecil dalam keseharian bisa jadi inspirasi ...
Dulu pun saya bisa dengan gampang ndapetin inspirasi dari hal-hal kecil gtu, tapi semenjak vakum nulis 2 bulan, jadi susah buat dapet inspirasi dan nulis lagi ...
#malah curcol :v hhe
Hal sederhana bisa menjadi inspirasi, keren bang...
Semoga jadi pakaian yg gampang dicuci, biar penderitaanya nggak lama. Muehehe
Hal sederhana bisa menjadi inspirasi, keren bang...
Semoga jadi pakaian yg gampang dicuci, biar penderitaanya nggak lama. Muehehe
Keren....
Terimakasih sudah berkunjung, Mbak..
Sekecil apapun kejadian, kita harus bisa mengambil pelajaran dan hikmahnya memang.. hehe
Semoga betah di ODOP dan bisa terbiasa menulis lagi tanpa berhenti..
EmoticonEmoticon