![]() |
Jangan Jadi Blogger yang Sok Pintar |
“Aku
agak males euy kalau ngobrol sama dia!” kata seorang kawan. Wajahnya terlipat
dan jelek sekali. Bibirnya manyun dan benar-benar tak menyenangkan dipandang
mata.
“Emang
kenapa? Bukannya kalian sering jalan berdua? Dalam pandangan saya, kalian pastilah
teman baik.”
Sambil
mengangkat bahunya, teman saya ini berkata lagi, “Teman biasa saja, Bang. Bukan
teman baik.”
“Oh.”
Saya berkata singkat, “Lalu, apa yang membuatmu tak menyukainya?”
Setelah
merapikan duduknya, teman saya ini menjelaskan, “Begini Bang, entah kenapa,
setiap kali mengobrol dengannya, saya menangkap (dari raut wajah dan nada bicaranya), bahwa ia sepertinya merasa sok
pintar. Semua-semua dikomentari. Seakan-akan mengerti segala hal, merasa
terbaik sejagad dan menganggap pendapat orang lain salah. Tidak ada yang benar
kecuali pendapatnya sendiri.”
Saya
lalu menelan ludah. Diam dan tak bisa berkata apa-apa, merenung dalam-dalam.
Apa
yang saya renungkan? Tentu saja kalimat teman saya barusan, tentang
ketidaksukaannya pada orang yang bicaranya sok pintar. Tentang temannya yang
selalu berkomentar pada semua kejadian dan seolah-olah ia adalah yang paling
benar.
Saya
tercenung. Pertama, karena takut kalau-kalau penyakit itu juga ada pada diri
saya. Takut kalau apa yang saya sampaikan boleh jadi tidak disukai banyak
orang. Siapa sih saya, kok berani-beraninya menerima curhatan orang banyak dan
kemudian menjawabnya dalam bentuk tulisan?
Berani-beraninya
saya memberikan ‘solusi’ masalah
keluarga dan rumah tangga, padahal keluarga sendiri saja baru berusia seumur
jagung. Belum lama dan pengalaman menjalaninya belum seberapa.
Siapa
sih saya? Nekat sekali mengajak orang melakukan gerakan One Day One Post,
memberikan kuliah online tentang kepenulisan dan blogging, sedangkan semua itu
juga baru saya jalankan beberapa tahun lalu, belum lama dan ilmu saya juga tak
seberapa.
Ya
Tuhan, takut sekali rasanya kalau ada orang (apalagi teman) yang tersinggung karena tulisan yang saya buat dan
saya sebarkan. Mohon dimaafkan jika memang ada yang demikian.
Kedua,
mengapa saya tercenung? Jawabannya adalah karena penuturan teman saya di atas
tulisan ini, menyadarkan kepada saya tentang pentingnya menulis hal-hal yang
kita ketahui saja, yang dekat dengan kita, dan kita menguasainya.
Mungkin
karena itu juga, mengapa selama ini, tanpa saya sadari, saya kurang suka (tidak tertarik) membaca tulisan-tulisan
di website atau blog yang isinya tentang suatu hal, tapi penulisnya tidak
menguasai. Kelihatan sekali kok kalau penulis itu meraba-raba,
mengarang-ngarang cerita sehingga bahasanya tidak nyambung.
Apalagi
jika kemudian ia sengaja mencari-cari bahasa yang njelimet, beranggapan bahwa
semakin tinggi diksi yang dipakai, akan mengundang orang untuk betah
membacanya. Beranggapan bahwa semakin susah dimengerti kalimatnya, maka
orang-orang akan menganggapnya intelektual yang hebat.
Tidak.
Tulisan
seperti ini, yang diksinya ribet dan penulisnya tidak menguasai materi yang
dituliskan, membuat saya (juga sebagian
besar pembaca lain) tidak betah berlama-lama.
Tulisan
adalah bentuk komunikasi non verbal yang tujuan utamanya adalah menyampaikan
pesan. Maka untuk mencapai tujuan itu, gunakanlah hal-hal yang mudah, yang
tidak membingungkan sesiapa saja yang membacanya.
Seilmiah
apapun tulisan yang disampaikan, jika ia diposting di website atau blog, maka
gunakan padanan kata yang sederhana saja. Bersahaja dan mudah diterima oleh
siapapun.
Sama
seperti dalam kehidupan sehari-hari, pembaca-pembaca blog kita juga pasti tidak
suka dengan orang-orang yang sok pintar. Tidak mengerti tentang kasus Mirna
secara mendalam, lalu menuliskannya bak detektif Conan. Tidak mengerti banyak tentang
pangan, tapi ngoceh panjang lebar seperti profesor kenamaan.
Jangan
begitu.
Menulislah
apa-apa saja yang kita ketahui dan gunakan bahasa sehari-hari. Pakai bahasa
seperti saat kita sedang mengobrol dengan orang lain. Itu jauh lebih
menyenangkan dibandingkan menuliskannya dengan pemilihan kata yang
membingungkan.
7 komentar
Ah bener bang. Tugas minggu pertama dari ODOP ini kesempatan untuk menuliskan hal yang kita kuasai dengan baik
Orang sok pintar dan selalu komen seakan dia paling benar? Spesies manusia ini 80% hidup di keluarga saya hahaha
Waah, bener juga. Saya jdi inget tulisan saya yg judulnya antara diet dan ferrari.
Waah, bener juga. Saya jdi inget tulisan saya yg judulnya antara diet dan ferrari.
Semoga bisa dijalani dengan baik, mbak..
Semoga menjadi pembelajaran buat kita semua..
Sabar.. Sabar..
Itu nggak masuk kategori sok pinter kok, mbak..
Itu catatan pribadi saja, tentang kejadian yang sedang dibicarakan orang-orang..
EmoticonEmoticon