![]() |
Pelajari Ilmunya Dulu atau Langsung Segera Menulis? |
Buat
yang ingin menjadi penulis, baca dua skenario di bawah ini sampai tuntas.
Jangan setengah-setengah. Saya berani jamin, setelah membacanya hingga selesai,
kalian akan mendapatkan ilmu yang (semoga saja) bermanfaat.
Skenario
1
Sekarang
mari kita bayangkan, ada seorang perempuan yang minat sekali dengan dunia
masak-memasak. Dia punya keinginan keras hendak menjadi koki paling hebat di
negaranya, kalau bisa bahkan sampai level dunia. Dia bermimpi bisa menghasilkan
sebuah hidangan yang jauh berbeda dari yang sudah ada, nikmat, dan tiada
bandingan.
Untuk
memenuhi semua ambisinya itu, dia lalu mengikuti banyak kelas memasak. Menghadiri
beragam seminar dan pelatihan. Setiap ada pameran tentang alat-alat memasak,
tak lupa ia datang berkunjung.
Tidak
sampai disana, ia bahkan telah selesai membaca ribuan buku tentang resep
masakan. Mulai dari negara bagian timur hingga yang paling barat, mulai dari
yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Seharusnya, dengan ilmu yang
sudah dimilikinya, ia bisa menghasilkan masakan yang nikmat.
Bertahun-tahun
sudah ia habiskan untuk memenuhi kepalanya dengan beragam ilmu tentang dunia
masak-memasak. Usianya juga semakin bertambah tua. Tapi sampai pada titik ini,
ia bahkan belum pernah memasak. Mengapa? Karena ia berpikir bahwa lebih baik
menimba ilmunya dulu, baru dipraktikkan.
Baginya,
memasak bukanlah hal yang bisa dikerjakan dengan mudah. Maka ilmu dan
pengetahuan tentangnya harus digenapi terlebih dahulu. Harus diselesaikan
terlebih dahulu. Ia harus mengerti kegunaan masing-masing bumbu masak, efek
samping dan manfaat, atau apa saja.
Sekarang,
ilmu yang sudah ada di kepalanya banyak sekali. Jika diibaratkan sebuah bak
penampung air, ia bahkan sudah penuh dan luber kemana-mana. hanya saja, malangnya,
ketika ia mencoba mempraktikkan ilmu yang telah didapatkan, ia gagap.
Bahkan
untuk menghasilkan sebuah hidangan sederhana saja, ia membutuhkan waktu yang
lama. Itu terjadi karena ia benar-benar presisi, menimbang setiap bumbu yang
akan dimasukkan, mengukur setiap rempah-rempah yang akan ditambah. Sesuai ilmu
yang sudah didapatkan, bahwa memasak itu tidak boleh asal-asalan, harus pas
komposisinya agar rasa menjadi tak terkalahkan.
Skenario
2
Di
lain tempat, ada juga seorang perempuan yang ingin sekali menjadi koki handal.
Ia ingin bisa memasak dan menghasilkan hidangan yang nikmat. Malangnya, ia tak
mempunyai cukup biaya dan kesempatan sehingga tidak bisa mengikuti pelatihan
dan seminar tentang bagaimana caranya memasak.
Yang
bisa dilakukan hanya membaca buku-buku resep masakan yang ia dapat dari kios
buku-buku loak. Ia pelajari dan kemudian langsung mempraktikkannya langsung. Ia
mencoba tanpa menunggu lama. Karena ia juga tak punya uang untuk membeli
timbangan digital, maka ia tak bisa menimbang setiap bumbu yang harus ditambahkan.
Ia
mengambil setiap bumbu sekenanya dengan ujung jemari. Mengira-ngira dan
memasukkannya ke alat masak. Ia mengaduk-aduk sejenak, mencicipi, lalu
menambahkan lagi jika masih ada yang kurang enak di lidah.
Hal
ini, mencoba pelan-pelan, ia lakukan sepanjang tahun. Di saat perempuan lain
yang punya mimpi sama dengannya getol sekali mengikuti pelatihan dan seminar,
ia justru kumal di dapur. Mencoba-coba beragam resep yang ia kreasikan sendiri.
Nah,
dari dua skenario ini, menurut kalian, mana yang akan punya peluang lebih besar
menjadi koki paling handal? Apakah perempuan yang pertama? Atau apakah yang
kedua?
Coba
sebutkan jawaban kalian di kolom komentar dan berikan alasannya.
Jika
sudah, sekarang coba ganti setiap skenarionya dengan orang yang ingin menjadi
penulis (bukan koki lagi). Kasus
pertama, ada orang yang ingin menjadi penulis dan sibuk kesana-kemari menuntut
ilmu tapi tidak mempraktikkannya segera.
Kasus
kedua, ada orang yang ingin jadi penulis juga tapi nggak punya uang. Akibatnya,
ia tak bisa ikut pelatihan kesana-sini, hanya bisa banyak membaca dan segera
mencoba.
Nah,
kira-kira, mana yang akan sampai pada tujuan duluan?
Selamat
berpikir.
14 komentar
Yang kedua deh bang kayanya. Soalnya pengalaman praktikum di lab, saat langsung praktek itu juga bisa dgn belajat teori
I like learning by doing.. Lebih faham kalau langsung praktek
I like learning by doing.. Lebih faham kalau langsung praktek
Yang kedua bang. Bang mohon bantuannya, saya ini pingin bisa menulissss. Tp ani g tau harus dari mana bang.mohon bimbingannya bang.salam kenal
sederhana tapi sangat realistis. haqqul yakin. :)
Setuju...lebih realitsis yg kedua. Hehehe trial and error
Benar, saya juga setuju dengan yang kedua..
So do i..
Harus darimana agar bisa menulis? Dari segera menulis dan tidak menunda-nunda..
Terimakasih sudah berkunjung..
Trial and eror sampai bisa.. jangan menyerah dan berhenti di tengah jalan..
Bang seriusan ini ya. Ini ni motivasi super yg universal yg paling keren yg pernah saya baca. Bamg boleh nggak saya idolakan anda sekarang. Saya baru baca dua artikel di blog ini dan langsung jadi jatuh hati dg kesederhanaan dan tajam langsung menusuk jati. Tank U.
no 2 bang. smbil praktek... sambil banyak belajar, banyak pengalaman. hehe
Penulis itu yah menulis,, yg kedua bang.. :)
EmoticonEmoticon