![]() |
Tips dan Trik Menerbitkan Buku di Penerbit Indie |
Kalau
tidak salah, saya pernah berjanji akan membuat tulisan tentang: Kata siapa
menerbitkan buku secara indie tidak bisa sukses? Janji itu ada di tulisan seluk
beluk penerbitan indie: bagaimana memilih penerbitan indie yang berkualitas.
Sebelum
lebih lanjut, saya bahas dulu, penerbitan indie itu apa sih?
Begini,
penerbitan indie ini adalah penerbitan yang menyediakan jasa mencetak buku tanpa seleksi ketat, tanpa berlama-lama. Asal punya naskah dan uang, maka buku
kita bisa jadi. Bayar sejumlah rupiah dan tunggu saja, sebulan dua bulan lagi, buku ada dan kita senang.
Sebagian
penerbitan indie juga menyediakan ISBN, jasa editing, desain cover, lay out, dan
sebagainya. Semakin banyak jasa yang digunakan, tentu saja akan berbanding
lurus dengan uang yang akan dikeluarkan.
Penerbitan
seperti ini dibagi lagi menjadi dua bagian. Pertama adalah penerbitan yang
menggunakan sistem Print on Demand (POD). Maksudnya adalah, penerbit hanya akan
mencetak buku kita lagi jika dan hanya jika ada yang memesan. Jika tidak ada
yang memesan ya berhenti.
Dengan
sistem demikian, maka penerbit dan juga penulis tidak membutuhkan uang yang
begitu banyak. Penulis, biasanya hanya mengeluarkan uang untuk satu eksemplar
saja. Jika ada yang memesan, barulah penerbit akan mencetak lagi.
Sistem ini, kata teman saya membutuhkan waktu lama. Jadi misalnya nih ya, ada teman yang mau beli buku karya kita, maka perlu waktu tunggu sampai buku selesai dicetak. Bisa seminggu dua minggu. Kan jadi tidak enak sama pembeli yang sudah menunggu.
Jenis
yang kedua adalah, penerbit yang mencetak dengan jumlah minimal. Tidak satu
eksemplar. Penerbit semacam ini hanya melayani pencetakan buku kita jika dan
hanya jika dicetak sekian eksemplar. Tidak bisa kurang, kalau lebih boleh.
Jenis
kedua ini, jelas akan membutuhkan money yang lebih banyak dibandingkan jenis pertama.
Tapi beruntungnya, jenis ini biasanya menghasilkan kualitas buku yang kurang
lebih sama dengan buku-buku yang ada di toko ternama. Dan kabar baiknya
lagi, jika kita mencetak dalam jumlah banyak, harga yang ditawarkan juga bisa sangat
miring. Murah sekali.
Novel
Sepotong Diam misalnya, pernah akan dicetak 1000 eksemplar dengan modal hanya
17 juta. Artinya, per bukunya hanya butuh modal 17 ribu. Padahal, di pasaran, buku
Sepotong Diam itu dijual dengan harga 63 ribu loh! Bayangkan, berapa keuntungan
yang akan saya dapatkan jika 1000 buku itu habis semua.
Modal
awal yang hanya 17 juta, akan menjadi 63 juta jika laku dan ludes seketika.
Hanya
saja, ketika itu, saya tidak punya uang 17 juta dan Sepotong Diam tidak jadi
dicetak sebanyak itu. Saya cetak 300 buku, habis dalam dua minggu.
Kemudian, saya cetak lagi 200 buku dan sekarang sudah tinggal 15 eksemplar
saja. Alhamdulillah..
Oke, saya rasa teman-teman sudah mulai mengerti toh apa itu penerbitan indie? Jika sudah, sekarang kita akan mulai bahas, bisakah berhasil melalui penerbitan indie?
Jawaban
simpelnya, tentu saja bisa. Sangat bisa. Asal beberapa hal di bawah ini
diperhatikan.
Pertama,
sebelum mengambil jalan ini, pastikan penerbitan indie yang teman-teman pilih
adalah yang terbaik. Jangan asal-asalan memilih penerbit. Mengenai hal ini,
saya sudah bahas DISINI.
Kedua,
dalam banyak hal, keberhasilan sebuah produk (termasuk buku), terletak dari marketing yang dilakukan penulis dan
penerbit. Keduanya harus saling bantu membantu, saling mendukung memasarkan
buku itu. Apalagi jika kita mengambil jalan penerbitan indie.
Mereka
(penerbit indie) sih memang bilang
bakal bantu memasarkan di media sosialnya, tapi lihat saja, lah wong liker dan
followers nya saja tidak ramai. Bagaimana mungkin akan membantu banyak? Jangan
terlalu berharap.
Makanya, sebagai penulis, kita sangat menentukan keberhasilan penjualan buku kita sendiri jika
diterbitkan di penerbit indie. Bahkan penerbit mayor sekalipun, kalau kita
pendatang baru dan tidak ikut berkoar-koar, akan kecil sekali kemungkinannya
buku kita akan habis di pasar.
Intinya
mah, kita sebagai penulis juga harus bekerja keras dan cerdas.
Ketiga,
buat siapa saja yang ingin menjadi penulis, maka mulailah melakukan ini:
menulis setiap hari dan menyebarkan tulisan itu ke sebanyak-banyaknya orang.
Mengapa ini penting? Agar orang-orang di luar sana mengenal kita dan percaya
bahwa kita adalah penulis.
Nanti,
pada titik tertentu, ketika kita sudah menulis setiap hari dan membagikannya,
kita mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Satu, tulisan kita semakin baik dan
enak dinikmati. Dua, orang-orang tidak akan kaget jika kemudian kita
menerbitkan sebuah buku. Bahkan, boleh jadi mereka malah mencari dan hendak
membelinya.
Mereka
sudah percaya ke kita dan yakin bahwa tulisan kita di buku itu pasti menarik. Karena
itulah mereka akhirnya membeli dengan senang hati. Nah, langkah ini, orang-orang sering menyebutnya dengan personal branding.
Yang
jadi pertanyaan berikutnya adalah, dimana kita harus menulis?
Di
jaman yang serba canggih seperti sekarang, ketika dunia maya sudah ada di
genggaman, maka saran saya adalah menulis disana. Teman-teman bisa menulis di
blog, seperti yang dilakukan Hoeda Manis. Ia menulis di blog sejak enam tahun
lalu dan sekarang, buku-bukunya selalu habis dan susah dicari.
Mengapa
bisa demikian? Karena Hoeda Manis aktif ngeblog dan tulisannya disukai oleh
banyak pembaca. Saking banyaknya orang yang datang ke blognya, ia bahkan sudah
menerima ribuan email yang bertanya tentang banyak hal. Silakan baca tulisan
itu DISINI.
Selain
di blog, teman-teman juga bisa menulis di fanpage facebook seperti yang
dilakukan Tere Liye. Ia aktif sekali disana. Statusnya bahkan selalu disukai
dan disebarkan oleh ribuan penggemarnya. Terakhir, jumlah likernya menyentuh
1,3 juta orang.
Jika
fanpage itu adalah sebuah tempat dan disana berkumpul 1,3 juta orang, bukankah
itu pasar yang menggiurkan?
Selain
dua contoh di atas, ada juga nama-nama seperti Raditya Dika dengan twitternya,
Pahd Pahdepie dengan fanpage dan website inspirasi dot co nya, dan masih banyak
nama-nama lain.
Menuju
kesana, tentu saja berat dan penuh perjuangan. Tapi kita bisa pelan-pelan
melakukannya dengan menulis setiap hari di blog dan membagikannya kepada
sebanyak-banyaknya orang. Semakin cepat mengambil tindakan, maka semoga semakin
cepat juga sampai tujuan.
Nah,
teman-teman, setidaknya tiga hal ini bisa mengantarkan kita berhasil dalam
penerbitan indie: memilih penerbitan yang tepat dan berkualitas; melakukan
marketing yang benar; dan personal branding yang kuat.
Demikian.
19 komentar
Pengetahuan baru nih. Makasih, bang...
Wahhh keren makasih tipsnya Bang sangat membantu. Bener nih yg pnting kita banyak nongol dulu di berbagai media sosial dan jika kita menerbitkan buku sudah banyak yg mengenal siapa kita.
Wahhh keren makasih tipsnya Bang sangat membantu. Bener nih yg pnting kita banyak nongol dulu di berbagai media sosial dan jika kita menerbitkan buku sudah banyak yg mengenal siapa kita.
Mksh y bang syaiha atas informasinya
Syukron jazilan bang
Jempol.
nambah ilmu..makasih bang..oh ya, novel dah sampe tadi..makasih
nambah ilmu..makasih bang..oh ya, novel dah sampe tadi..makasih
Marketing yang benar plus personal branding.. oke dicatat bang.. makasih bang..^_^
Sip bang Syaiha tips-tipsnya... ^_^
terimakasih sudah berbagi dapet ilmu bau hehehe salam dari www.dapurtips.com
Sama-sama, Uni..
Semoga kita bisa menjadi penulis nanti.. Aammiin..
Iya, itu namanya personal branding.. Biar orang lain kenal dan memudahkan kita marketing nanti..
Terimakasih kembali karena telah berkunjung..
Terimakasih kembali karena telah berkunjung..
Waiyyakum..
Semoga novelnya bermanfaat...
Iya, mbak.. keduanya harus dilakukan dengan benar..
Terimakasih sudah mampir..
Terimakasih sudah berkunjung...
EmoticonEmoticon