![]() |
Tulisan saya jelek! |
Ketika
sedang memperhatikan fanpage saya beberapa malam lalu, saya tergelitik dengan
sebuah pertanyaan yang disampaikan oleh salah satu pembaca disana, “Bang
Syaiha,” katanya, “Saya sedang dalam proses memenuhi target menulis 60 hari.
Tulisan yang dibuat merupakan sebuah cerita yang diupdate setiap hari.”
“Tapi,
hari ini saya merasa tulisan saya mulai garing. Apakah saya harus lanjutkan
cerita tersebut? Atau saya ganti saja dengan menulis bebas setiap hari?”
Baiklah,
malam ini, saya akan menjabarkan pertanyaan ini sesuai pengetahuan saya. Juga
seperti yang sudah saya lakukan selama ini.
Pertama,
bagi seorang yang mau menjadi penulis, penting sekali untuk punya target
pribadi yang harus dilewati. Seperti pembaca yang bertanya di atas. Ia sudah
berada di jalan yang benar, ada target yang harus dilampaui: menulis cerita
bersambung selama 60 hari non stop.
Dulu,
ketika pertama kali menulis, saya juga demikian. Setiap hari harus menulis.
Apapun. Ini adalah target saya untuk diri sendiri. Pokoknya selama seminggu,
harus ada tujuh postingan di blog (waktu itu saya masih nulis di Kompasiana).
Mengapa
yang pertama saya lakukan adalah menulis bebas? Karena di awal menulis,
biasanya kita belum tahu di jenis tulisan apa kita akan paling keren (asik).
Maksudnya, dengan menulis setiap hari, kita akan menjadi semakin mengerti, di
jenis tulisan apa kita lebih bebas dan asik menjalankannya. Nggak tertekan dan
enjoy.
Bagi
saya, menulis bebas setiap hari itu sama seperti pencarian jati diri. Biar
tahu, dimana kita paling nyaman. Ini masa pencarian.
Kedua,
bagaimana jika di tengah keasikan menulis, justru kita merasa bahwa tulisan
kita garing sekali? Ternyata tulisan kita nggak bagus!
Untuk
menjawab pertanyaan ini, saya akan bilang bahwa setiap orang yang baru mulai
menulis memang demikian. Tulisan kita jelek, nggak enak dibaca, dan
membosankan. Diksinya itu-itu saja, suasananya nggak menghanyutkan, atau
apalah.
Itu
wajar. Namanya juga kita masih dalam tahap belajar. Jadi ya biasa saja.
Lanjutkan tulisannya, teruskan ceritanya sampai selesai.
Sebagai
seorang yang ingin menjadi penulis, kita harus membiasakan diri menuntaskan
tulisan yang sudah kita buat. Jangan jadi orang yang nggak setia, sebentar-bentar
pindah tema dan memulai dari awal lagi. Capek, cuy!
Untuk
menghindari hal ini, merasa tulisan kita garing di tengah jalan, maka kita harus banyak-banyak
membaca buku sambil terus menulis.
Membaca
dan menulis itu ibarat makan dan Buang Air Besar (BAB). Makan terus tapi BAB
nggak lancar, bisa bahaya. Pun sebaliknya, BAB terus tapi nggak pernah makan,
yang ada malah entar kering kerontang. Maka seimbangkan keduanya.
Malah,
kalau kata Afifah Afra, justru porsi membacanya yang harus lebih banyak
dibandingkan porsi menulisnya. Agar kosa kata kita kaya.
Selain
dengan banyak membaca, kita juga jangan sekali-kali mengedit tulisan di tengah
jalan. Editing dilakukan di akhir. Ketika naskah sudah jadi semua, ketika sudah
utuh. Mengedit naskah di tengah jalan, apalagi bagi penulis pemula seperti
kita-kita, justru akan menimbulkan kejadian-kejadian seperti di atas: merasa
tulisannya garing dan nggak enak dibaca.
Akibatnya?
Biasanya berhenti melanjutkan tulisan dan malas menulis lagi. Hadeuh!
Akhirnya,
buat yang bertanya di atas, tetaplah semangat untuk terus menulis. Kamu sudah
berada di jalan yang benar dan jika itu dilanjutkan, maka tidak menutup kemungkinan
kelak tulisanmu akan semakin berkembang dan menarik.
Demikian.
4 komentar
Wuaaah makasib banyak ya Bang. Bingung jadi hilang, untung aja isi dompet tetap utuh (hehe :p)
Saya tau apa yang harus dilakukan. Makasih juga untuk dukungannya, saya semangat! ^_^
Hehehe... saya banget
Ngena banget ... saya masih dalam tahap pencarian jati diri...
@mbak HAsna : siip ... lanjutkan mbak :)
@Bang Syaiha : makasih sharingnya ya :)
EmoticonEmoticon