![]() |
Hati-Hati Kalau Nulis Mimpi |
Sejak
SMA, saya sudah tinggal sendiri. terpisah jauh dari orang tua. Mereka di
kampung, sedangkan saya ada di kota Bengkulu. Delapan jam perjalanan dari
rumah. Semua ini saya lakukan, tidak lain adalah demi masa depan. Merantaulah,
maka kau akan menemukan hal-hal baru, pengalaman menarik, dan pelajaran hidup
yang baik.
Saya
ingat betul, kamar kontrakan saya adalah ruangan persegi yang tidak luas. Bahkan
baru diisi kasur dan meja belajar saja sudah pengap. Baju saya letakkan di
kardus yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa menjadi lebih baik.
Di
dinding sebelah timur, tempat pandangan saya menatap ketika tidur, saya penuhi
dengan poster bola. Hampir semuanya pemain AC Milan. Mulai dari Kaka,
Shevchenko, Pirlo, Nesta, dan masih banyak lagi.
Mengapa
saya lakukan demikian? Pertama, karena saya memang menyukai klub ini, AC Milan.
Kedua, karena dinding kamar saya jelek. Semennya mudah berguguran seperti salju
di akhir tahun. Juga karena cat disana yang kusam. Daripada tidak enak
dipandang, bukankah lebih baik saya tempeli beragam gambar?
Kamar
saya itu, tidak pernah saya isi kecuali ketika malam hari saja. Karena dari
pagi sampai sore, saya memilih di sekolah. Pulang jam dua, tapi saya menetap di
mushalla. Mengapa? Karena kamar itu tidak ada langit-langitnya dan atapnya
seng. Sehingga jika siang, panasnya na’udzubillah. Kayak di tepi jurang api
neraka (ini lebay).
Singkatnya,
kamar kontrakan saya ketika SMA tidak ada bagus-bagusnya sama sekali.
Benar-benar sangat sederhana. Tapi karena tidak ada biaya lebih dari orang tua,
maka hanya disanalah saya selama tiga tahun menempuh pendidikan ketika SMA.
Kamar
sederhana itu menjadi tempat saya melepas lelah, menanamkan mimpi-mimpi dan
harapan.
Saya
ingat, ketika kelas XI SMA, kelas dua, saya iseng menuliskan beberapa mimpi di
selembar kertas dan menempelkannya tepat di depan meja belajar. Sehingga kertas
itu selalu saya lihat setiap kali mengulang pelajaran dan membaca buku.
Bukan!
Saya
melakukan hal itu semua bukan karena habis mengikuti pelatihan motivasi! Bukan!
Nggak tahu kenapa, hari itu saya memang iseng saja menuliskan beberapa mimpi
yang sampai sekarang saya bahkan masih mengingatnya.
Di
kertas itu, yang paling atas adalah, “Menikah di tanggal 3 April 2014!”
Amboi.
Nggak salah kan ya, anak kelas dua SMA menuliskan mimpi demikian? Saya sadar.
Menghitung dengan cermat dan menganggap bahwa pada tanggal itu saya sudah
matang dan mampu menanggung beban. Maka saya tuliskan demikian.
“Menikah
di tanggal 3 April 2014!”
Silakan
lihat, tanggal itu adalah hari kamis. Bukan akhir pekan. Tapi sekali lagi, saya
benar-benar menginginkan momen sakral akad nikah itu saya ucapkan di hari itu.
Ketika
menuliskannya, saya lupa dapat ide darimana. Yang saya ingat adalah, tanggal itu
hari jadi saya yang ke-28 tahun. Dan di hari spesial itu, saya pun ingin sekali
mendapatkan kado istimewa dari Allah, seorang bidadari, istri saya kelak.
Begitu.
Buset,
anak kelas dua SMA saja sudah kepikiran sedemikian romantisnya, kan? Kenapa nih
saya? Kayaknya sih ya, karena saya doyan banget nonton film Meteor Garden!
Serial ini saya ikuti dari awal hingga akhir. Keren dan manis sekali.
Balik
ke mimpi saya itu ya. Jadi ceritanya, kertas itu saya lihat terus setiap malam.
Saya berdoa, berharap kepada Allah, semoga dikabulkan.
Ajaib
memang. Salah satu mimpi saya untuk menjadi pemenang pada olimpiade kimia
tingkat propinsi berhasil dicapai. Itu prestasi yang luar biasa bagi saya yang
hanya anak desa. Dan kalian tahu, saking senangnya, almarhum bapak saja sampai
mengadakan syukuran, memotong kambing dua!
Sedangkan
mimpi yang ingin menikah di tanggal 3 April 2014, tentu masih lama terwujud.
Dan malangnya, saya melupakan itu semua. Saya kuliah, sibuk sekali. Ikut kajian
di beberapa tempat dan ketika tahu bahwa pacaran tidak boleh, maka saya
memutuskan untuk menikah segera. Tidak ingin berlama-lama. Apalagi sampai
menunggu usia 28 tahun.
Mana
tahan!
Umur
24 tahun, saya kesana kemari mencari jodoh. Buat biodata untuk ta’aruf
selengkap mungkin. Semua saya jelaskan. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Saya
serahkan biodata itu kepada seorang ‘alim dan memintanya untuk mencarikan
seorang perempuan yang sudah siap menikah.
Setahun
lewat, nggak ada hasil. Dua tahun kelar, masih nihil. Tiga tahun, sama saja.
Empat tahun, saya sudah ditolak berkali-kali. Silakan lihat ceritanya DISINI.
Hingga
ketika saya sudah hampir menyerah dan pasrah saja, Allah justru mempertemukan
saya dengan seorang perempuan mungil dan manis sekali. Namanya Ella Nurhayati.
Kenal
sudah beberapa bulan. Nggak pernah saling sapa, nggak pernah bercengkerama.
Hingga di tanggal 24 November 2013, saya beranikan diri say hello. Coba-coba pendekatan. Bismillah.
“Mbak
salam kenal..” mungkin begitu yang saya katakan, atau, “Lagi ngapain, mbak?”,
atau apalah. Saya lupa.
Beruntungnya,
sapaan saya itu disambut baik dan pendeknya kami mengobrol beberapa hal di
pesan singkat hingga satu minggu. Kami sudah dekat melalui interaksi itu ketika
dia bilang, “Kayaknya interaksi kita nggak boleh begini, Mas. Maka lebih baik,
mulai sekarang, jangan sms saya jika tidak begitu penting.”
Wah,
nggak bisa nih! Begitu batin saya dulu. Udah satu minggu coba-coba pedekate
malah minta jangan hubungi lagi. Ini kan berabe!
Nekat
saja saya balas, “Kalau begitu, agar semuanya menjadi baik dan tidak berdosa,
bagaimana kalau kita menikah saja?”
Malah
dia balas, “Mas, serius?”
Saya
jawab deh, “Yap, saya serius.”
“Baik,
kalau begitu, saya akan sampaikan ke orang tua. Kami sekeluarga akan shalat
istikharah. Mohon jangan sms saya sampai saya beri jawaban kepastian. Jangan
terlalu berharap, karena kemungkinannya bisa iya, bisa tidak.”
“Baik!”
Itu
adalah seminggu terlama dalam hidup saya. Menanti sebuah jawaban. Hingga ketika
tepat tujuh hari berikutnya, saat saya sedang duduk di angkot hendak mengajar
di sebuah lembaga bimbingan belajar, pesan singkat dari Ella datang.
“Mas,
Alhamdulillah jawaban dari keluarga saya sudah ada!”
“Apa?”
“Silakan
buka Al Quran, surah Al Isro’ ayat 72 dan 73!”
Langsung
saya buka, saya baca artinya tapi tidak paham. “Maksudnya apa? Diterima atau
ditolak?”
Diam
sejenak, lengang. Saya tidak mendengar apapun dan hanya menatap layar ponsel
nanar. Beberapa menit kemudian, kalimat itu datang, “Alhamdulillah, orang tua
saya menerima. Silakan datang ke rumah dan bicarakan semuanya.”
“Tunggu,”
saya membalas pesan itu, “Apakah kamu sudah yakin? Kita baru kenal seminggu,
loh?”
“Bagi
saya, kalau sudah istikharah dan jawabannya iya, maka insya Allah saya siap.
Dan lagi, orang tua saya sudah ridho. Bukankah ridho Allah juga ada di ridho
mereka?”
Amboi,
manis sekali, bukan?
Itu
terjadi di tanggal 1 Desember 2013. Semuanya sudah oke. Maka mulailah saya dan
calon istri memikirkan banyak hal. Tanggal, konsep walimahan, dan sebagainya.
Pernah kepikiran akan menikah di bulan Januari saja. Tapi tidak jadi karena
kesibukan masing-masing dan persiapan masih minim.
Akhirnya,
entah karena apa, orang tua calon istri saya yang mengusulkan, “Ya sudah,
menikah di bulan April saja, tanggal 3!”
Saya
kaget dan langsung diam. Dalam benak saya berujar, “Tanggal 3 April? Kok kayaknya tanggal ini nggak asing ya? Ada apa di
tanggal 3 April?”
Benar,
saya memang amnesia ketika menghadapi calon mertua. Ngeri. Bahkan tanggal lahir
sendiri saja sampai lupa.
Dan
kalian tahu teman-teman, saya akhirnya benar-benar menikah di tanggal itu, 3
April 2014! Sesuai mimpi saya ketika SMA dulu. Padahal, saya bahkan sudah
melupakannya. Tapi Allah tidak, DIA maha ingat dan maha pengabul segala harap
dan doa yang telah diucapkan.
Lalu,
apa pesan yang ingin saya sampaikan?
Nggak
tahu. Saya dari tadi cuma ngetik dan tanpa sadar sudah jadi sepanjang ini.
Kalian boleh mengambil pelajaran apapun dari sini. Monggo beri komentar apa
yang kalian dapatkan setelah membacanya. Jangan cuma “nice share, Bang,” atau “ceritanya
bagus..” apalagi jika hanya bilang, “mantap, gan!”
Gan
gan gan gundulmu!
Udah
ah, terimakasih ya sudah membaca dan mari sama-sama tersenyum.
22 komentar
Saya sudah menuliskan impian menikah di saat usia 20 tahun. Saya ingin menikah di usia 23thn tapi Allah ngasih bonus smpai Semarang blm ketemu. Yakin dan prcya Allah lagi menyiapkan kejutan di "waktu yang tepat dan terbaik"
Allohuakbar. Kuasa Allah ya bang
Kisahnya inspiratif sekali.
Saya mau bangun mimpi mimpi saya lagi
Saya pernah menuliskan tanggal 11 November... tapi belum jelas tahunnya sampai sekarang..
Terkadang, merasa pernah salah dalam berdo'a dan saya baru menyadarinya sekarang... belum menikah juga...
Tapi Alhamdulillaah saya masih menikmati kesendirian saya, mungkin inilah yang terbaik menurut Allah bagi saya saat ini... ^____^
Wah, sesuai yang dikatakan ibuku bang. Berdo'a saja terus, nanti kalau kita setengah lupa. Nah giliran Allah mengabulkan...
kalo aku nikahnya umur 21 atau 22 aja deh haha....
Merinding bacanya bang.
Dari dulu, sejak belum mengenal buku-buku motivasi atau seminar-seminar motivasi apa pun sy selalu percaya pada kekuatan doa. Dan hari ini, setelah baca postingan ini, sy akan mulai dan selalu percaya pada kekuatan mimpi.
Hemh.. Semoga... Desember tahun depan ( eh ini doa atau maksa? Hehe 😄 Aamiin kan saja ya pemirsa 😊)
hemmmm mikir tanggal yg bagus..
Bang pas baca tulisan "gan gan gan gundulmi!!" malah saya cekikikan haha *gagal fokus*
Kalau urusan jodoh antara umur 23-24 an, amiinn, moga2 pas wisuda S2 udah ada pendampingnya haha, padahal s1 aja belum kelar. Eh tapi pengennya S1 juga ada pendampingnya si... Lha mbuh bang pasrah aja lah, bingung juga kalau ngomongin jodoh.
Berhubung tulisan tembok kos belum ada tanggal nikahnya, nanti bakal saya tambahin tulisan itu kayak miliknya bang syaiha. Thank's for idea :)))
Masya Allah ... luar biasa
Bang Syaiha ternyata nakal!!! Hayoo... pedekatenya begitu... kalau saya yg dipedekatein kayak gitu mah udah ngacir duluan saya... hehe. Satu hal yang saya tangkap dari kepribadian BangSyaiha adalah kepedean!!! Hehehe.. tapi sifat inilah kadang yang menjadi pendorong ikhtiar kita asalkan dasar "kepedean" kita adalah Alloh semata. Saya juga pernah bermimpi menikah di usia 20 tahun dan alhamdulillaah terkabul... dengan modal "kepedean".. akan kubalas ceritamu dengan ceritaku... Awas ya kau BangSyaiha..!!! Berani2nya mencuri hati mba Ella...
Masya Allah .. Allah selalu mengabulkan doa yang pernah diucapkan. semakin yakin dengan hal itu. inspiratif sekali bang.
Baca ini saya kagumnya bukan sama Bang Syaiha..tapi lebih ke Mbak Ella. Muslimah cantik dan sholehah itu banyak..tapi berkarakter dan TEGAS spt mbak Ella..hmm, jarang juga ya...Keren! Like this, ElSya
QS.Al-Isro':72-73..di sini langsung berenti baca, penasaran.. ada apa memang?pas buka qur'an, mencoba menerawang maksudx.. tp gagal paham, kembali lanjutin bacanya, eh.. Bang Syaiha jg gk paham ternyata.. lol.
Btw.. ini cerita hebat, kekuatan do'a yg pernah diikrarkan berulang kali dgn keyakinan setebal baja. Mungkin kita sdh lupa, tp Allah sdh terlanjur mengijabahnya. Beberapa kali pernah mengalami hal yg sama, tp dgn konteks berbeda, saat kejadian sy baru sadar klo dulu pernah b'doa demikian.. Allahu akbar..
Yang penting sungguh2 klo do'a..😉
Cerita cari jodoh itu...
Halah, kenapa saya malah keringetan pas dirimu pengen omelet tapi nggak bisa bikin ya...?
Nggak penting. Sekarang kan udah ada yang mau bikinin...
Btw selamat milad ya De... Semoga barokah semua yang melekat pada dirimu. Ilmu, rizki, kesehatan, semua.
Selamat Ulang Tahun Pernikahan juga. Semoga selalu rukun, sakinah, mawaddah wa rahmah. Amiin. Salam untuk Jeng Ella sama Bang Alif ya...
Eh... Ada yang kurang... mantan Gan! :D
Kerennn bang, ah jadi ingat mimpi saya dulu.. mayan neh bahan buat tulisan entar :D
Duh salah ketik... Mantab Gan.... Maap...
kerennn bang syaiha , Saya Kagum dengan kekuatan DOA, Bismillah NIKAH Setelah LULUS KULIAH
Aamiin
heheh
11-11-2020
11-11-2020
Allahu Akbar...
Maha Besar Allah.... the best bang syaiha
merinding dan mberebes mili saya mbacanya bang..
SUbhanallah yaa...
Wahh wahh... pernah sih Bang berdoa tapi setelah sekian lama lupa tapi Allah mengabulkannya. Sungguh indah hadiah dari Allah.
Wahh wahh... pernah sih Bang berdoa tapi setelah sekian lama lupa tapi Allah mengabulkannya. Sungguh indah hadiah dari Allah.
EmoticonEmoticon