![]() |
Jomblo adalah Tanggung Jawab Sosial |
Beberapa
hari yang lalu, ketika sedang membaca Al-quran, saya berhenti pada sebuah ayat
yang menarik. Ia adalah surat An Nur (surat ke 24 dalam Al-quran) ayat ke 32. Kira-kira,
artinya ayat itu adalah:
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang diantara kamu, dan juga orang yang sudah layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberiannya), maha mengetahui.”
Saya
menggunakan Al-quran terjemahan perkata, sehingga ketika membaca ayatnya, mata
saya juga tertuju pada arti yang ada tepat di bawah bacaan bahasa Arabnya.
Saya
berhenti sejenak, membaca arti ayat itu pelan-pelan dan kemudian memikirkan
beberapa hal:
Pertama,
jomblo adalah masalah sosial dan kita wajib membantu mereka melepaskan masa
jomblonya agar tidak terlalu lama sendiri.
Menjadi
single, atau yang biasa kita sebut dengan jomblo, adalah masa yang rentan. Agak
ngeri-ngeri sedap. Apalagi jika iman tidak begitu kuat dan godaan ada
dimana-mana. Ini bahaya sekali. Bukannya semakin giat beribadah, yang ada malah
baper kesana-kemari.
Bagi
saya, single (baca: jomblo) yang
imannya nggak seberapa itu seperti radikal bebas.
Dalam
ilmu kimia, radikal bebas adalah spesi yang aktif sekali, menabrak kesana-sini.
Ia hanya kekurangan sedikit elektron saja untuk membuatnya stabil. Dan
parahnya, ia sering menyerang sel-sel yang ada di dalam tubuh dan mengambil
elektron seenaknya.
Singkatnya,
radikal bebas adalah senyawa kimia yang belum lengkap (karena kekurangan elektron) dan mudah tergoda pada elektron yang
ada di dekatnya. Ia mengambil paksa, tidak baik-baik.
Nah,
single (jomblo) pun, sebagian besar
demikian. Mereka yang tidak kuat imannya, mudah sekali terpesona kebablasan
pada lawan jenis yang sering kali lewat dengan pakaian yang menggoda. Belum
lagi melihat kawan-kawan lain yang kemana-mana berdua.
Duh.
Nah,
ternyata, Islam sudah mengerti ini dan mengajarkan kepada pemeluknya untuk
membantu mereka.
Lihat
saja potongan ayat di atas, di kalimat awal dikatakan, “Dan nikahkanlah
orang-orang yang masih membujang diantara kamu...”
Perhatikan,
kata awal yang dipakai disana: nikahkanlah! Sebuah kalimat perintah buat kita
yang sudah menikah dan ada di antara mereka untuk membantu menikahkan.
Mencarikan pasangan dan segera menggenapkan.
Artinya,
setiap kita bertanggung jawab membantu para single (baca: jomblo) yang ada di lingkungan tempat tinggal kita. Membantu
itu bisa dalam hal mencarikan seseorang sesuai kriterianya, mengenalkan mereka,
dan menemani selama masa perkenalan yang dibolehkan dalam Islam.
Ayat
ini menjadi perintah buat kita yang sudah menikah agar lebih peka,
memperhatikan sekeliling, mencari siapa yang masih sendiri dan kemudian berusaha
menggenapkan dengan cara yang baik dan tidak melanggar aturan yang telah
ditetapkan.
Ayat
ini juga menjadi landasan kita untuk tidak sibuk bertanya kapan nikah terus,
tapi mendorong kita agar aktif dan ikut membantu. Bertanya hanya akan membuat
kebaperan mereka bertambah parah, maka lebih baik diam dan aktif mengusahakan.
Kedua,
ayat ini adalah motivasi buat siapa saja yang masih ragu menikah.
Selain
menjadi perintah untuk membantu sesiapa saja yang mampu tapi belum menikah,
ayat ini juga sering kali dijadikan oleh sebagian umat Islam untuk kembali
yakin bahwa rejeki sudah ada yang mengatur. Dan ketika kita menikah, maka
rejeki kita akan dimudahkan oleh Allah.
Tapi
lihat bagaimana ayat menjabarkannya: “...Jika mereka miskin, maka Allah akan
memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya...”
Perhatikan,
kata yang dipakai adalah, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka yang
sudah menikah untuk mencari nafkah yang halal lagi baik. Tinggal kitanya saja
yang mau memilih jalan itu atau tidak.
Pada
ayat ini, Allah tidak berkata bahwa DIA akan serta merta memberikan kekayaan
kepada siapa saja yang berani menikah, tapi yang dianugerahkan adalah
kemampuan.
Simpelnya
begini, seperti yang teman saya sampaikan beberapa waktu lalu ketika saya dan
dirinya bertemu, lalu bercengkerama tentang banyak hal, termasuk tentang pernikahan.
Katanya,
“Menikah itu, tentu saja tidak akan menjadikan seseorang kaya raya seketika.
Tapi menikah akan membuka beberapa pintu rejeki yang mungkin, sebelumnya masih
tertutup. Entah itu karena tersumbat atau memang mampet. Menikah akan melancarkannya.”
“Saya
misalnya,” ia berkata lagi, “penghasilan saya sebagai guru honorer, tentu tidak
bisa diandalkan. Ia tidak seberapa. Tapi Alhamdulillah, istri dan ketiga anak
saya tetap bisa makan, tetap bisa sekolah, dan jajan seperti anak lainnya.”
“Itu
rejeki darimana?” katanya bertanya, ia mengangkat bahu dan tidak memerlukan
jawaban, “Tentu saja dari Allah.”
“Menikah,
sekali lagi, tidak akan membuat seseorang menjadi kaya raya dan dapat rejeki
seketika. Tapi dengan menikah, beberapa hal yang ketika bujangan tidak mampu
dikerjakan, menjadi bisa dilaksanakan.”
“Saya
misalnya,” ia menjelaskan lagi, menggunakan dirinya sebagai contoh nyata,
“ketika menikah, malu sekali berjualan ini dan itu. Tapi ketika sudah menikah
dan sadar bahwa istri dan anak-anak harus makan, maka mau tidak mau hal itu
harus saya kerjakan, toh?”
“Istri
dan anak-anak saya tidak boleh terlantar. Asalkan halal dan tidak merugikan
orang lain, maka saya bisa lakukan. Termasuk hal-hal yang ketika bujangan saya
enggan.”
Begitulah,
orang yang sudah layak menikah dan bertanggung jawab, akan berubah drastis
setelah menikah. Ia akan lebih bijak, lebih giat, tidak malas-malasan, bisa
diandalkan, dan sebagainya.
Barangkali,
inilah yang dimaksudkan ayat di atas, “...Jika mereka miskin, maka Allah akan
memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya...”
Ketiga,
Allah maha luas pemberiannya.
Beberapa
waktu lalu, saya membaca sebuah tulisan di internet yang kira-kira isinya
begini: “Katanya siapa menikah akan membuat rejeki orang menjadi lancar?
Buktinya teman saya tidak demikian. Dia yang ketika bujangan mampu menghasilkan
banyak uang, ketika menikah malah tidak. Usahanya bangkrut dan gulung tikar.”
Ia
menegaskan, “Menikah tidak membuat rejeki seseorang menjadi mudah!”
Duh..
Isinya mengerikan sekali.
Ketika
membaca tulisan itu, dalam hati saya berkata, “Dangkal sekali pikiran ini
orang!”
Mengapa
demikian?
Begini,
mari kita ingat baik-baik, bahwa rejeki itu luas sekali, bukan? Ia bisa berupa
kesehatan yang semakin prima, pikiran yang tenang, harta yang berkah (berkah tidak melulu harus banyak dan
berlimpah), jodoh yang menentramkan, atau anak-anak yang enak dipandang.
Maka
ketika ada orang yang mengatakan bahwa rejeki hanya sebatas uang, itu salah
besar.
Uang
memang adalah rejeki. Tapi mengatakan rejeki itu hanya berupa uang, itu keblinger. Sama seperti begini: “Kucing
adalah hewan berkaki empat, tapi hewan yang berkaki empat bukan hanya kucing.
Ia bisa saja sapi, kerbau, anjing, babi, onta, harimau, singa, rusa, dan masih
banyak lagi.”
Dalam
ayat di atas, sebenarnya juga sudah dijelaskan, kok!
Perhatikan
penutup ayat itu: “Dan Allah maha luas (pemberiannya)!”
Indah
sekali, toh?
Pertama-tama,
Allah meminta orang yang sudah menikah untuk membantu saudaranya yang masih
single untuk segera digenapkan. Jika ada yang ragu, ditengah ayat dibilangin,
“Tenang saja. Menikahlah! Kalau kamu miskin, nanti Allah akan memampukan kamu
melakukan beberapa hal.”
Lalu,
ketika sudah menikah dan sudah melakukan ini dan itu tapi kemudian nggak
kaya-kaya juga, Allah tutup ayatnya dengan, “Pemberian Allah itu maha luas
loh.. Lihat, apa yang sudah kamu dapatkan setelah menikah? Istri yang
menyejukkan, kehidupan yang lebih tenang, tidak galau dan baperan, serta
sebagainya.”
Semuanya
adalah rejeki.
Nah
begitulah.. Semoga tulisan ini ada manfaatnya. Jangan lupa bagikan kepada orang
lain yang membutuhkan.
Demikian.
3 komentar
Wihh jadi memantapkan saya nih bang hehehe,
tapi sepertinya ramadhan tahun besok saya masih mau sendiri dulu wkwkwk
Wah bang syaiha bisa bantu juga untuk mncarikan pasangan para kaum jomblo ni membantu menemukan pasangan para bujanghidin dan bujanghida hehehe
post bang syaiha berkaitan dengan post saya,hehe
http://netizenberkata.blogspot.co.id/2016/06/jangan-malu-menjadi-jomblomatahari-saja.html
EmoticonEmoticon